small rss seocips Music MP3
Let's listening The Music O.K Guys!!!

Jumat, 29 November 2013

Teori Ketergantungan 1


NAMA           : RIFKI MASRONI
NIM                : 12230007
PRODI           : PMI
TEORI KETERGANTUNGAN 1

Pada bab ini, kita akan membahas teori-teori yang masuk dalam kelompok Teori Struktural. Teori ini menolak jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi. Teori Struktural berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat di negara dunia ketiga yang mengkhususkan diri pada  produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif, di mana yang kuat melakukan eksploitasi terhadap yang lemah. Maka, surplus dari negara-negara Dunia Ketiga beralih ke negara-negara industri maju. Menurut Teori Struktural, perdagangan dunia yang bebas justru merupakan wadah praktek eksploitasi ini. Perdangan dunia yang bebas dapat diibaratkan seperti persaingan dua tim sepakbola. Tim yang sukses dan lebih kaya, pada akhirnya akan membeli pemain-pemain terbaik dari tim yang lemah. Akibatnya, tim yang lemah bukan saja dikalahkan dalam persaingan, tetapi juga akan terus mundur dan akhirnya hancur, karena unsur-unsur yang potensial bagi tim ini untuk maju direbut oleh tim yang lebih kuat.
1.      SERBA SEDIKIT TENTANG TEORI STRUKTURAL
Teori Struktural sebenarnya merupakan teori-teori yang memakai pendekatan struktural. Pendekatan ini:
Menekankan lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan beserta sistem imbalan-imbalan material yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan material manusia termasuk perubahan-perubahan teknologi. Lingkungan material ini dianggap sebagai faktor yang lebih penting daripada keadaan psikologi dan nilai-nilai kemasyarakatan yang ada dalam mempengaruhi tingkahlaku manusia.
Dengan demikian, Teori Struktural mencari faktor-faktor lingkungan material manusia sebagai faktor yang menyebabkannya. Teori Struktural seringkali dianggap bersumber pada teori yang dilontarkan oleh Karl Marx, terutama teorinya tentang bangunan bawah atau base dan bangunan atas atau superstructure.
Teori yang tergolong kedalam teori struktural, yakni Teori Ketergantungan, lahir dari dua induk. Induk pertama adalah seorang ahli ekonomi liberal: Raul Prebisch. Induk kedua adalah teori-teori Marxis tentang emperialisme dan kolonialisme, serta seorang pemikir Kedua induk ini adalah para pemikir pendahulu dari teori Ketergantungan.
I.                   Raul Prebisch: Industri Subtitusi Impor
Raul Prebisch adalah seorang ahli ekonomi liberal, yang menjadi sekretaris eksekutif sebuah lembaga PBB yang didirikan pada tahun 1948 di Sintago de Chile. Tahun 1935 sampai 1943 sebagai seorang Presiden Direktur Bank Sentral Argentina. pada tahun 1950 menjadi Direktur ECLA. Pada tahun 1950, beliau menerbitkan karyanya yang berjudul The Economic Development of Latin America and its Principal Problem. Karya ini, yang dianggap sebagai karya pertama dari teori ketergantungan, kemudian dikenal sebagai Manifesto ECLA. Pada karya tersbut seperti yang dikutib oleh Blostrom dan Hettne menuliskan:
Di Amerika latin, kenyataan sedang mengingkari Teori Pembagian Kerja Secara Internasional yang sudah ketinggalan jaman; teori ini memang mencapai kejayaan pada abad ke-19, tetapi memang masih terus berpengaruh sampai belakangan ini. Di bawah sekema teori ini, Amerika latin mendapat tugas khusus, sebagai negara pinggiran dalam sistem perekonomian dunia, untuk memprduksi makanan dan bahan mentah bagi negara-negara industri di pusat. Tak ada tempat bagi industri-alisasi untuk negara-negara baru ini. Tetapi serangkaian peristiwa telah memaksa negara-negara ini untuk melakukan industrialisasi. Dua perang dunia dan sebuah krisis ekonomi besar di antara kedua perang tersebut, yang terjadi dalam satu generasi, telah membuka mata orang-orang Amerika latin bahwa mereka memiliki kesempatan untuk melakukan industrialisasi.
Dari pernyataan di atas, tampak jelas adanya dua pendapat yang penting. Pertama, kritiknya terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas. Kedua, hambatan industrialisasi, dan karena itu juga hambatan terhadap pembangunan, disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Ini jelas berbeda dengan tesis Teori Modernisasi.
Menurut Prebisch, adanya Teori Pembagian Kerja Secara Internasional, yang didasarkan pada  Teori Keunggulan Komparatif, membuat negara-negara di dunia melkukan spesialisasi produksi dan ini mengakibatkan pembagian kelompok negara menjadi dua bagian kelompok, negara-negara pusat yang menghasilkan barang industi, dan ngara-negara pinggiran yang memproduksi hasil-hasil pertanian. Keduanya saling melakukan perdagangan, dan menurut teori diatas seharusnya negara-negara tersebut saling beruntung dan sama kaya namun kenyataannya tidak. Mengapa?
Prebisch mengatakan bahwa ini terjadi karena penurunan nilai komoditi pertanian terhadap komoditi barang industri. Barang industri semakin mahal dibandingkan barang pertanian. Akibatnya terjadi Defisit pada neraca perdagangan negra pertanian apabila mereka berdagang dengan negara industri. Dan defisit ini makin lama semakin besar. Disini maka berlaku hukum engels, yang menyatakan bahwa pendapatan yang meningkat menyebabkan prosentasi konsumsi makanan terhadap pendapatan menurun. Artinya, pendapatan yang naik tidak akan menaikkan konsumsimakanan, tetapi justru menaikkan konsumsi barang-barang industri. Oleh karena itu, Prebisch menyimpulkan bahwa ketebelakangan negara Amerika latin tetap berlangsung karena negara-negara ini telalu ngandalkan ekspor barang-barang primer, kesimpulan ini kemudian dikenal dengan istilah Tesis Prebisch-Singer.
II.                Pedebatan tentang Imperialisasi dan Kolonialisme
Pemikiran tentang imperialisasi dan kolonialisme bergumul dengan pertanyaan: mengapa bangsa-bangsa di Eropa melakukan ekspansi keluar dan menguasai bangsa-bangsa lainnya, baik secra politis maupun secara ekonomis. Apa yang menjadi dorongan utamanya?
Ada tiga kelompok teori yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, yakni:
(1)   Kelompok teori yang menekankan idealisme manusia dan keinginannya untuk menyebarkan ajaran Tuhan, untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
(2)   Kelompok teori yang menekankan kehausan manusia terhadap kekuasaan, untuk kebesaran pribadi maupun kebesaran masyarakat dan negaranya.
(3)   Kelompok teori yang menekankan pada keserakahan manusia, yang selalu berusaha mencari tambahan kekayaan, yang dikuasai oleh kepentingan ekonomi.

Ketiga kelompok teori ini dirumuskan sebagai kelompok-kelompok teori God (Tuhan, yang melambangkan keinginan manusia untuk menyebarkan agama untuk menciptakan dunia yang lebih baik), teori Glory (kebesaran, yang melambangakan kahausan manusia akan kekuasaan), dan teori Gold (emas, yang melambangkan keserakahan manusia akan harta).

III.             Paul Baran: Sentuhan yang Mematikan dan Kretinisme
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa Paul Baran adalah seorang pemikir Marxis yang menolak pandangan Marx tentang pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Bila Marx mengatakan bahwa sentuhan negara-negara kapitalis maju kepada negara-negara pra-kapitalis yang terbelakang akan membangunkan negara-negara yang terakhir ini untuk berkembang seperti negara-negara kapitalis di Eropa, Baran berpendapat lain. Baginya, sentuhan ini akan mengakibatkan negara pra-kapitalis tersebut bertambah kemajuannya dan akan terus hidup dalam keterbelakangan. Pandangan atau teori Baran ini dituangkannya dalam bukunya yang tekenal, The Political Economy of Growth, sebuah study tentang dampak kolonialisme di india yang diterbitka oada tahun 1957.
      Dengan pendapatnya ini, berbeda dengan Marx, Baran menyatakan bahwa perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran berbeda dengan perkembangan kapitalisme di negra-negara pusat. Di negara pinggiran, sistem kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme. Orang yang dihinggapi penyakit ini tetep kerdil dan tidak bisa besar.
      Mengapa negara-negara yang menjadi korban imperialisme tidak bisa mengembangkan dirinya, berbeda dengan kapitalisme yang menggejala di negara-negara pusat dulu? Menurut Baran kapitalisme di negara-negara pusat bisa berkembang karena adanya tiga faktor atau prasyarat:
(1)   Meningkatnya produksi diikuti dengan tercabutnya masyarakat petani dari pedesaan.
(2)   meningkatnya produksi komoditi dan terjadinya pembagian kerja mengakibatkan sebagian orang menjadi buruh, dan yang lainnya menjadi majikan.
(3)   Mengumpulnya harta di tangan para pedagang dan tuan tanah.
Faktor ketiga itulah yang membuat kapitalisme dimungkinkan di Eropa. Surplus yang ada di tangan para pedagang dan tuan tanah kemudian diinvestasikan ke bidang industri. Sementara yang terjadi di negara-negara pinggiran sebaliknya.
Pada bagian ini dibahas teori-teori yang merupakan pendahuluan bagi munculnya Teori Ketergantungan. Teori Ketergantungan memakai pendekatan struktural. Karena itu, teori itu dapat digolngkan kedalam kelompok Teori Struktural.
Teori Struktural sendiri memang berpangkal pada filsafat yang dikembangkan oleh Karl Marx. Teori ini membantah tesis Marx yang menyatakan bahwa kapitalisme akan menjadi cara produksi tunggal, dan menciptakan proses maupun struktur masyarakat yang sama di semua negara yang ada di dunia ini. Seperti yang diuraikan mula-mula oleh Prebisch, kemudian oleh Baran, kapitalisme yang berkembang di negara-negara yang menjadi korban imperialisme, tidak sama dengan perkembangan kapitalisme dari negara-negara imperialis yang menyentuhnya. Kapitalisme di negara pinggiran merupakan kapitalisme yang sakit, yang sulit berkembang. Dia mempunyai dinamika yang berlainan. Karena itu, dia harus dipelajari dirinya sendiri, sebagai sesuatu yang unik. Kalau kita hanya menerapkan saja teori-teori dan konsep-konsep yang berlaku di negara-negara kapitalis pusat, mungkin kita tidak pernah dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang dinamika dan proses kapitalisme pinggiran ini.
Pendapat Marx yang menyatakan bahwa negara-negara pra-kapitalis di Asia adalah seperti seorang puteri cantik yang masih tidur, yang sedang menunggu ciuman seorang pangeran tampan untuk membangunkannya, memang ada benarnya. Pangeran tampan ini adalah negara-negara kapitalis industrial yang sudah maju. Ciumannya adalah imperialisme. Setelah dicium, si putri cantik memang terbangun. Tetapi Marx rupanya tidak sampai mengira bahwa hidup sang putri yang sudah bangun ini selalu dalam keadaan tidak sehat, karena ciumannya beracun.

2 komentar: