Penanganan Anak Jalanan.
A.
Pengertian
Anak Jalanan
Tak Lepas dari kehidupan keluarga, anak merupakan karunia dan
amanah dari Allah yang diberikan kepada orang tua (ayah-ibu) sebagai turunan
mereka yang harus dilindungi dan dijaga.
Kita sering menjumpai banyak sekali anak-anak yang berada di
jalanan, seperti di perempatan atau
pertigaan jalan kota, pinggiran jembatan jalan raya dan lain-lain. Fenomena
seperti itu nampaknya menjadi salah satu kekhasan bagi negeri kita yaitu
indonesia. Semuanya itu ada faktor yang menyebabkannya, anatara lain yaitu
kemiskinan, ketidak harmonisan keluarga, dan lain-lain.
Pemerintah Provinsi DIY telah mengesahkan Peraturan Daerah No. 6
tahun 2011 (pasal 1 ayat 4) tentang Perlindungan Anak yang Hidup di Jalan
(Perda PAHJ). Dalam Perda tersebut, anak jalanan adalah anak yang berusia
dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian waktunya di jalan dan tempat-tempat
umum, yang meliputi anak yang bekerja di jalanan, anak yang rentan bekerja di
jalanan, dan atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan
sebaian waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu Street
child are those who have abandoned their homes, school and immediate
communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a
nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16
tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan
raya (H.A Soedijar, 1988: 16).
Sedangkan pengertian secara sederhana, anak jalanan bisa diartikan
dengan istilah anak yang hidup dijalanan, terlepas mereka bekerja atau hanya
bermain-main sehingga merampas hak yang sesungguhnya. Departemen sosial mendefinisikan
anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
mencari nafkah dan berkeliaran dijalanan dan tempat umum lainnya.[1]
B.
Bagaimana
cara Menangani Masalah Anak Jalanan
Secara umum pendekatan yang dipergunakan dalam menangani masalah
Anjal ada tiga, yaitu:
1.
Street
Based Strategy ( Pendekatan
yang berbasis anak jalanan).
Street Based Strategy
adalah merupakan pendekatan dijalanan untuk menjangkau dan mendampingi anak di
jalanan. Tujuannya untuk mengenal, mendampingi anak, mempertahankan relasi dan
komunikasi, melakukan kegiatan seperti konseling, diskusi, permainan, literacy
(pemberantasan buta huruf) dan lain sebagainya. Street Based Strategy
berorientasi pada penangkalan pengaruh negatif dan membekali mereka dengan
wawasan yang positif.
2.
Community
Based Strategy (Pendekatan
yang berbasis masyarakat).
Community Based Strategy
adalah pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat tempat tinggal anak
jalanan, pemberdayaan keluarga dan sosialisasi kepada masyarakat. Pendekatan
ini berorientasi pada mencegah anak-anak turun ke jalan dan mendorong
penyediaan sarana pemenuhan kebutuhan anak. Pendekatan ini berupaya untuk
membangkitkan kesadaran, tanggung jawab, dan partisipasi anggota keluarga dan
masyarakat dalam mengatasi anak jalanan.
3.
Central Based Strategy
Central Based Strategy
adalah pendekatan penangan anak jalanan
oleh lembaga yang memusatkan usaha dan pelayanan, tempat belindung “drop in”
(Rumah singgah) yang menyediakan fasilitas asrama bagi anak terlantar dan anak
jalanan. (BKSN, 2000:40)[2]
Pembinaan anak jalanan biasanya lebih menitik beratkan pada aspek
kapasitas mental, sosial dan penggalian potensi yang dimiliki anak jalanan itu
sendiri. Upaya mengentaskan mereka tidak hanya bisa dengan program pengamatan
saja, namun harus ada penjangkauan di jalan, assesmen, dan pengkajian
masalah yang tepat sehingga hasilnya benar-benar tuntas. Juga harus mengetahui
latar belakang dari mereka, karena setiap anak jalanan memiliki latar belakang
yang tidak sama satu sama lainnya. Memang bisa dimaklumi, bahwa penangana anak
jalanan cukup sulit karena mereka terdiri dari beberapa kategori yang
berbeda-beda. Oleh karena itu penanganan mereka tidak boleh dengan pendekatan
yang sama, tetapi perlu dilihat latar belakang masalah yang dihadapi mereka
masing-masing.